JAKARTA - Menjelang periode libur Natal dan Tahun Baru, pasar saham Indonesia kembali memasuki fase yang sarat dinamika.
Aktivitas perdagangan cenderung diwarnai strategi jangka pendek investor, khususnya aksi ambil untung setelah reli sebelumnya. Kondisi ini membuat pergerakan harga saham berpotensi lebih fluktuatif dibandingkan hari bursa normal.
Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan gejala volatilitas menjelang penutupan tahun. Pada 23 Desember 2025, IHSG ditutup melemah di level 8.584,78. Pelemahan ini terjadi seiring meningkatnya tekanan jual dari investor yang memilih mengamankan keuntungan sebelum libur panjang bursa.
Fenomena profit taking menjelang libur akhir tahun merupakan pola musiman yang kerap terjadi. Banyak pelaku pasar menilai periode ini sebagai waktu yang tepat untuk menyesuaikan portofolio, baik dengan merealisasikan keuntungan maupun menyiapkan posisi baru untuk awal tahun berikutnya.
Berdasarkan kondisi teknikal, fundamental emiten, serta sentimen akhir tahun, sejumlah saham diperkirakan berpotensi mengalami pergerakan harga signifikan pada perdagangan Senin, 29 Desember 2025. Saham-saham ini berasal dari sektor perbankan, komoditas, hingga energi.
Sentimen Akhir Tahun Dorong Pergerakan Saham Perbankan
Sektor perbankan kembali menjadi sorotan menjelang akhir tahun. Emiten perbankan besar dinilai memiliki daya tarik tersendiri, terutama karena faktor window dressing yang kerap dilakukan manajer investasi untuk mempercantik kinerja portofolio tahunan.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menjadi salah satu saham yang diprediksi bergerak signifikan. Dengan pangsa pasar UMKM yang kuat, BBRI memiliki fundamental yang relatif solid di tengah ketidakpastian global. Saham ini ditutup di level Rp3.770 pada 23 Desember 2025.
Didukung sentimen window dressing serta potensi arus modal asing ke saham perbankan, harga BBRI diperkirakan berpeluang naik di kisaran 5 hingga 10 persen. Proyeksi harga berada pada rentang Rp3.960 hingga Rp4.100, meski tetap dibayangi risiko suku bunga yang belum menunjukkan penurunan signifikan.
PT Bank Mandiri Tbk juga masuk dalam radar investor. Saham BMRI ditutup di level Rp5.050 pada 23 Desember 2025. Kondisi neraca keuangan yang stabil dan pertumbuhan kredit domestik menjadi faktor pendukung potensi kenaikan harga saham ini.
BMRI diperkirakan dapat bergerak naik sekitar 5 hingga 10 persen ke kisaran Rp5.300 sampai Rp5.600. Potensi rebound setelah tekanan sebelumnya di sektor perbankan turut memperkuat prospek jangka pendek, meski investor tetap perlu mencermati risiko kenaikan biaya dana akibat suku bunga global.
Daya Tarik Saham Blue Chip dan Safe Haven Lokal
PT Bank Central Asia Tbk dikenal sebagai saham blue chip dengan likuiditas tinggi di pasar modal Indonesia. Kualitas aset yang kuat dan basis nasabah yang solid menjadikan BBCA kerap diposisikan sebagai safe haven lokal oleh investor, khususnya asing.
Pada penutupan 23 Desember 2025, saham BBCA berada di level Rp8.025. Dengan karakter defensif dan stabil, saham ini diprediksi berpotensi naik sekitar 4 hingga 8 persen pada perdagangan 29 Desember 2025.
Target pergerakan harga BBCA diperkirakan berada di kisaran Rp8.300 hingga Rp8.700. Preferensi investor asing terhadap BBCA di tengah volatilitas pasar menjadi salah satu faktor utama yang menopang prospek kenaikan tersebut.
Kondisi ini menunjukkan bahwa di tengah tekanan pasar, saham dengan fundamental kuat dan reputasi stabil masih menjadi pilihan utama investor untuk menjaga keseimbangan portofolio menjelang pergantian tahun.
Prospek Saham Komoditas di Tengah Tren Global
Selain sektor perbankan, saham berbasis komoditas juga berpotensi mencuri perhatian. PT Aneka Tambang Tbk menjadi salah satu emiten yang dinilai menarik, seiring dengan tren positif harga logam global, khususnya nikel dan emas.
Harga saham ANTM ditutup di level Rp3.190 pada 23 Desember 2025. Dengan meningkatnya minat global terhadap komoditas logam, ANTM diperkirakan dapat bergerak naik sekitar 7 hingga 12 persen.
Target harga saham ini berada di kisaran Rp3.400 hingga Rp3.600. Kenaikan harga logam dunia menjadi katalis utama yang dapat mendorong performa saham komoditas, meski investor tetap perlu memperhitungkan risiko fluktuasi harga global.
Sentimen positif terhadap sektor komoditas juga didorong oleh prospek permintaan jangka menengah yang relatif kuat, terutama dari sektor industri dan transisi energi.
Sektor Energi dan Utilitas Jadi Penopang Stabilitas
PT Perusahaan Gas Negara Tbk turut masuk dalam daftar saham yang diprediksi bergerak signifikan. Saham PGAS ditutup di level Rp1.880 pada 23 Desember 2025, dengan prospek yang didukung permintaan energi domestik yang stabil.
PGAS diperkirakan berpotensi naik sekitar 6 hingga 10 persen, dengan kisaran harga Rp1.990 hingga Rp2.100. Sektor utilitas kerap dipandang sebagai aset defensif saat pasar mengalami volatilitas, sehingga menarik bagi investor yang mencari kestabilan.
Permintaan gas untuk kebutuhan industri dan utilitas domestik menjadi faktor pendukung utama. Namun demikian, investor tetap perlu mencermati sensitivitas PGAS terhadap pergerakan harga energi global dan kebijakan domestik di sektor gas.
Secara keseluruhan, menjelang libur Natal dan Tahun Baru, pergerakan saham berpotensi berlangsung dinamis. Investor disarankan tetap mencermati sentimen pasar, kondisi global, serta manajemen risiko dalam menentukan strategi investasi pada perdagangan akhir tahun.