Sektor Properti Bangkit Jelang Akhir Tahun, Kredit Perbankan Tembus Rp 1.513 Triliun pada November 2025

Selasa, 23 Desember 2025 | 08:45:38 WIB
Sektor Properti Bangkit Jelang Akhir Tahun, Kredit Perbankan Tembus Rp 1.513 Triliun pada November 2025

JAKARTA - Pergerakan sektor properti nasional kembali menunjukkan sinyal pemulihan yang kuat menjelang akhir tahun. Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit properti perbankan terus meningkat secara konsisten hingga November 2025.

Data terbaru menunjukkan kredit properti tumbuh 7,4 persen secara tahunan atau year on year. Total nilai penyaluran kredit properti mencapai Rp 1.513,5 triliun pada periode tersebut.

Capaian ini menandai akselerasi yang cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Oktober 2025, kredit properti tercatat hanya tumbuh 5 persen secara tahunan.

Nilai penyaluran kredit properti pada Oktober 2025 berada di level Rp 1.472 triliun. Kenaikan dalam satu bulan ini memperlihatkan peningkatan kepercayaan pelaku usaha dan konsumen.

Bank Indonesia merilis data tersebut dalam laporan uang beredar. Laporan tersebut diumumkan secara resmi pada Senin, 22 Desember 2025.

Peningkatan kredit properti menjadi indikator penting bagi pemulihan ekonomi. Sektor properti memiliki efek berganda terhadap berbagai sektor lain.

Aktivitas di sektor properti berkaitan erat dengan industri konstruksi, bahan bangunan, dan jasa pendukung. Oleh karena itu, pertumbuhan kredit properti sering dijadikan barometer ekonomi.

Tren positif ini juga mencerminkan meningkatnya permintaan pembiayaan. Baik dari sisi pengembang maupun masyarakat, kebutuhan pembiayaan properti terus bergerak naik.

Bank Indonesia menilai bahwa kondisi ini menunjukkan perbaikan iklim usaha. Stabilitas makroekonomi turut menjadi faktor pendorong pertumbuhan kredit.

Kredit Real Estate Jadi Penopang Utama Pertumbuhan

Pertumbuhan kredit properti pada November 2025 terutama didorong oleh segmen real estate. Kredit real estate mencatat pertumbuhan paling tinggi dibandingkan subsektor lainnya.

Secara tahunan, kredit real estate tumbuh sebesar 8,2 persen. Nilai penyaluran kredit di segmen ini mencapai Rp 248,7 triliun.

Angka tersebut menunjukkan minat pengembang terhadap proyek properti masih cukup kuat. Pengembang terus memanfaatkan pembiayaan perbankan untuk ekspansi usaha.

Pertumbuhan kredit real estate juga mencerminkan adanya proyek baru yang kembali berjalan. Aktivitas pembangunan mulai meningkat seiring pemulihan ekonomi.

Permintaan lahan dan properti komersial ikut berkontribusi pada pertumbuhan ini. Sektor perkantoran, kawasan industri, dan properti niaga kembali bergerak.

Bank Indonesia mencatat peningkatan ini sebagai sinyal positif. Real estate merupakan salah satu penggerak utama sektor properti secara keseluruhan.

Dengan meningkatnya kredit real estate, diharapkan pasokan properti dapat lebih terjaga. Ketersediaan pasokan menjadi faktor penting dalam menjaga keseimbangan pasar.

Pertumbuhan di segmen ini juga berdampak pada sektor konstruksi. Kegiatan pembangunan real estate membutuhkan dukungan jasa konstruksi yang besar.

Perbankan pun melihat segmen ini masih memiliki prospek yang menjanjikan. Risiko dinilai relatif terkendali dengan pengelolaan kredit yang hati-hati.

KPR dan KPA Tetap Tumbuh Stabil

Selain real estate, segmen Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Pemilikan Apartemen juga menunjukkan pertumbuhan. KPR dan KPA tumbuh 6,9 persen secara tahunan pada November 2025.

Total penyaluran KPR dan KPA mencapai Rp 834,7 triliun. Angka ini mencerminkan tingginya kebutuhan masyarakat akan hunian.

Pertumbuhan tersebut naik tipis dibandingkan Oktober 2025. Pada bulan sebelumnya, KPR dan KPA tumbuh 6,8 persen secara tahunan.

Nilai penyaluran KPR dan KPA pada Oktober 2025 tercatat sebesar Rp 830,9 triliun. Kenaikan ini menunjukkan tren yang relatif stabil.

Permintaan rumah tinggal masih menjadi pendorong utama. Faktor kebutuhan dasar hunian menjadi alasan kuat pertumbuhan KPR.

Selain itu, suku bunga yang relatif stabil turut mendukung permintaan. Kondisi ini membuat cicilan KPR masih terjangkau bagi masyarakat.

Bank Indonesia melihat bahwa permintaan KPR tidak hanya datang dari pembeli rumah pertama. Investor properti juga kembali aktif dalam beberapa bulan terakhir.

KPA juga mencatatkan pertumbuhan meskipun tidak sebesar KPR. Minat terhadap apartemen mulai meningkat di wilayah perkotaan.

Kondisi pasar properti hunian dinilai mulai membaik. Kepercayaan konsumen terhadap sektor properti kembali pulih secara bertahap.

Perbankan tetap berhati-hati dalam menyalurkan KPR dan KPA. Penilaian risiko kredit tetap menjadi perhatian utama.

Kredit Konstruksi Melonjak Tajam

Dari sisi kredit konstruksi, pertumbuhan tercatat cukup mencolok pada November 2025. Kredit konstruksi tumbuh 8,1 persen secara tahunan.

Nilai penyaluran kredit konstruksi mencapai Rp 430,2 triliun. Capaian ini melonjak signifikan dibandingkan bulan sebelumnya.

Pada Oktober 2025, kredit konstruksi tercatat stagnan. Pertumbuhan kredit konstruksi pada periode tersebut berada di angka 0,0 persen secara tahunan.

Nilai penyaluran kredit konstruksi pada Oktober 2025 sebesar Rp 393,4 triliun. Lonjakan pada November menunjukkan adanya percepatan proyek pembangunan.

Bank Indonesia menilai peningkatan ini sebagai tanda mulai bergairahnya sektor konstruksi. Proyek-proyek yang sempat tertunda mulai kembali berjalan.

Kredit konstruksi berperan penting dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan properti. Peningkatan kredit ini mencerminkan optimisme pelaku usaha.

Aktivitas konstruksi yang meningkat berdampak luas pada ekonomi. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini juga cenderung meningkat.

Peningkatan kredit konstruksi turut mendukung pertumbuhan sektor lain. Industri bahan bangunan dan jasa pendukung ikut terdorong.

Perbankan melihat peluang pembiayaan konstruksi masih cukup besar. Namun, pengelolaan risiko tetap menjadi prioritas utama.

Bank Indonesia terus memantau perkembangan kredit konstruksi. Pengawasan dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

Pemulihan Sektor Properti Semakin Terlihat

Secara keseluruhan, kinerja kredit properti menunjukkan tren yang semakin solid. Pertumbuhan di hampir seluruh segmen menjadi sinyal pemulihan sektor properti.

Bank Indonesia menilai bahwa pemulihan ekonomi berperan besar dalam tren ini. Aktivitas ekonomi yang membaik mendorong permintaan pembiayaan.

Permintaan di sektor perumahan dan konstruksi menjadi motor utama. Kebutuhan hunian dan pembangunan infrastruktur terus meningkat.

Kondisi ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan pelaku usaha dan konsumen. Stabilitas ekonomi makro menjadi faktor pendukung utama.

Pertumbuhan kredit properti juga menunjukkan peran perbankan yang tetap aktif. Perbankan terus menyalurkan kredit dengan prinsip kehati-hatian.

Bank Indonesia memandang bahwa sektor properti memiliki peran strategis. Kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi cukup signifikan.

Dengan tren positif ini, sektor properti diharapkan terus bergerak naik. Keberlanjutan pertumbuhan akan bergantung pada kondisi ekonomi ke depan.

Peningkatan kredit properti juga diharapkan mendorong pertumbuhan sektor riil. Dampak lanjutan dapat dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat.

Bank Indonesia akan terus memantau dinamika kredit properti. Kebijakan moneter dan makroprudensial akan disesuaikan dengan perkembangan ekonomi.

Menjelang akhir 2025, sektor properti menunjukkan optimisme yang lebih kuat. Pertumbuhan kredit menjadi salah satu indikator bahwa pemulihan ekonomi semakin nyata.

Dengan dukungan pembiayaan yang memadai, sektor properti berpotensi menjadi penggerak ekonomi nasional. Tren ini diharapkan berlanjut pada periode selanjutnya.

Terkini